Selamat Datang Kawan dan Terima Kasih atas Kunjungannya

Sabtu, 22 Februari 2020

Mengapa Kita Sering Lupa Pada Mimpi

Banyak dari kita berjuang untuk mengingat detil mimpi kita. Alasannya terletak pada siklus tidur kita yang rumit.
Bagi sebagian banyak dari kita, mimpi adalah sesuatu yang hampir tidak berwujud.

Jika kita beruntung, kita bisa mengingat sedikit mimpi kita; bahkan kita yang dapat mengingat kembali mimpi masa lalu dengan detail yang mencengangkan dapat bangun tidur di kemudian hari tanpa ingat apa pun yang kita mimpikan.

Namun, ada sedikit alasan mengapa hal ini mungkin terjadi. Mengapa kita memiliki mimpi - dan apakah kita dapat mengingatnya - keduanya berakar pada proses biologis tubuh yang tertidur dan pikiran bawah sadar kita.

Tidur ternyata lebih rumit dari yang kita duga. Otak kita yang beristirahat seperti menaiki rollercoaster melewati beberapa bagian yang penuh dengan aktivitas.

Bermimpi paling erat terkait dengan keadaan tidur yang dikenal sebagai Gerakan Mata Cepat (REM).


REM terkadang dikenal dengan istilah "tidur yang tidak sinkron", karena dapat meniru beberapa tanda-tanda ketika kita terjaga.
Dalam kondisi REM, mata berkedut cepat, ada perubahan pernapasan dan sirkulasi, dan tubuh memasuki kondisi lumpuh yang dikenal sebagai atonia.

Itu terjadi dalam gelombang 90 menit selama tidur, dan pada tahap inilah kita cenderung bermimpi.

Ada aliran darah ekstra ke bagian-bagian penting otak kita selama keadaan REM: korteks, yang mengisi impian kita dan sistem limbik, yang memproses keadaan emosi kita.

Saat bermimpi, ada aktivitas listrik yang hebat pada bagian ini.

Namun lobus frontal - yang membuat kita dapat berpikir kritis- tidak beraktivitas.
Mimpi yang memiliki struktur yang lebih jelas, jauh lebih mudah untuk kita ingat, ujar profesor psikologi dan penulis, Deidre Barrett.

Tetapi ada komponen kimia yang sangat penting untuk memastikan kita mengingat isi mimpi kita: noradrenaline.

Noradrenaline adalah hormon yang memicu tubuh dan pikiran untuk bertindak, dan kadar hormon itu secara alami lebih rendah saat kita tidur nyenyak.

Francesca Siclari, seorang peneliti tidur di Rumah Sakit Universitas Lausanne, mengatakan ada batas yang jelas antara keadaan bangun dan tidur kita - dan itu bukan kebetulan.

"Mungkin hal yang baik bahwa mimpi dan kehidupan nyata benar-benar berbeda," katanya.
Stickgold mengatakan bahwa banyak orang mengingat mimpi mereka dari periode awal tidur mereka, ketika pikiran mulai berkeliaran dan memasuki sebuah tahap yang terasa seperti mimpi, yakni saat berada dalam keadaan setengah tidur dan terbangun- sebuah proses yang disebut "halusinasi hypnagogic".
Tulisan ini sebagian besar di kutip dariSitus portal : www.emmanuellafont.com, dari versi bahasa inggris.

1 komentar: